Jumat, 24 Oktober 2008

Tembang prethwitala versi bali timur

PRETWITALA,Ramayana, 0 – 0/0 0 -/0 – 0/0 0 -/0 - -/0 0 / =17.
I)1..1.235. 5…5…5…5.35.321. 1…1.2.16,. 6,…6,…6,…6,.121.
I)Nihan    ta gawaiyan              ta ni------tia mangemit  
1…1.3.216,. 6,. 6,…6,.121. 0.
praja         man-da-la.
II)1…1.235. 5…5…5…5.35.321. 1…1.2.16,. 6,…6,...6,…6,.121.  
II)Wiha-----ra pahayun             ta pa-----riangan umah  
1…1.3.216,. 6,. 6,…6,.16,. 0.
bata-------ra merem.
III)6,…6,.12. 2…2…2…2.321. 1…1.2.16,. 6,…6,…6,…6,.121.  
 III)Apan        petani pan----curan           ta-la-ga se----  
1…1.3.216,. 6,    6,...6,.121. 0.
tu tam-----bak ta-man.
IV)1…1.235. 5…5…5…5.35.321. 1…1.2.16,. 6,…6,…6,…6,.121.  
IV)Peken      watan asing             sa ka------hiuna nikang  
1…1.3.216,  6,.   6,….6,.16,. 0
praja           yad  gawe.
Tiap larik jumlah suku katanya 17, jumlah guru 7 termasuk suku kata terachir yang bisa guru atau lagu, guru I pada sukukata ke 2 dari permulaan, guru II pada sukukata ke4 dari guru I, guru III pada sukukata ke 2 dari guru II, guru IV pada sukukata ke4 dari guru III , guru V pada sukukata ke2 dari guru IV , guru VI pada sukukata ke1 dari guru V , dan sukukata terachir /ke2 dari guru VI dapat digurukan. Lagunya mendatar mengikuti nada akhir dari guru.  
Jenis guru pada larik pengawit/I adalah : 1.235 , 5.35.321 , 1.2.16, , 6,.1.21 , 1.3.216, ,6, , 6,.121.
Jenis guru pada larik penyaih/II adalah : 1.235 , 5.35.321 , 1.2.16, , 6,.1.21 , 1.3.216, ,6, , 6,.16,.
Jenis guru pada larik pengembang/III : 6,.12 , 2.3.21 , 1.2.16, , 6,.1.21 , 1.3.216, , 6, , 6,.121.
Jenis guru pada larik pemada/IV : 1.235 , 5.35.321 , 1.2.16, , 6,. 1.21 , 1.3.216, , 6, , 6,.16,.
Larik I dan II guru lagu sama hanya pada akhir larik nadanya menaik pada larik I dan merendah pada larik keII. Pada larik III guru ke1nya berbeda dengan larikI danII tapi guru akhirnya /ke7 sama dengan larik I. Pada larik IVatau pemada disamakan dengan larik II yang umumnya guru-gurunya berbeda dari guru yang ada diatas, tapi nada akhir jatuhnya sama dengan nada akhir larik II. 

Kamis, 23 Oktober 2008

Belajar tembang Prethwitala

PRETWITALA,Ramayana,gl: 0 – 0/0 0 -/0 – 0/0 0-/0 - -/0 0 =17.
3..356.  6..6..6..6.1’653. 3..3.532. 2..2..2..2.353. 3..35. 52. 2..23
Dateng pwamahara----ja sang    Dasara-ta       riAyo-dia Pura.
3..356. 6..6..6..6.1’653. 3..3.532. 2..2..2..2.353. 3..35. 52. 2..2.32
Inas-- tuti ta sang        naren---drasuta Ra---ma de ning sarat.
2..2.353. 3..3..3..36.1’653. 3..3.532. 2..2..2..2.353. 3..35. 52. 2..23
Apan hilangaken musuh nira maha rsi ring ngasrama.
3..361’61’6. 6..6..6..61’653. 3..321. 1..1..1..123. 3..36.53. 32. 2..232
Lawan        Parasura------ma sak-ti tuwi sor  atah          de nira.

Tiap larik jumlah suku katanya 17, jumlah guru 7 termasuk suku kata terachir yang bisa guru atau lagu, guru I pada sukukata ke 2 dari permulaan, guru II pada sukukata ke4 dari guru I, guru III pada sukukata ke 2 dari guru II, guru IV pada sukukata ke4 dari guru III , guru V pada sukukata ke2 dari guru IV , guru VI pada sukukata ke1 dari guru V , dan sukukata terachir /ke2 dari guru VI dapat digurukan. Lagunya mendatar mengikuti nada akhir dari guru.  
Jenis guru pada larik pengawit/I adalah : 3.56 , 6.1’.653 , 3.5.32 , 2.3.53 , 35 , 5.2 , 2.3 .
Jenis guru pada larik penyaih/II adalah : 3.56 , 6.1’.653 , 3.5.32 , 2.3.53 , 35 , 5.2 , 2.32.
Jenis guru pada larik pengembang/III : 2.3.53 , 36.1’.653 , 3.5.32 , 2.353 , 35 , 5.2 , 2.3.
Jenis guru pada larik pemada/IV : 36.1’.61’6 , 6.1’.653 , 3.21 , 1.23. , 36.53 , 32 , 2.32.
Larik I dan II guru lagu sama hanya pada akhir larik nadanya menaik pada larik I dan merendah pada larik keII. Pada larik III guru ke1nya berbeda dengan larikI danII tapi guru akhirnya /ke7 sama dengan larik I. Pada larik IVatau pemada guru gurunya agak berbeda dari yang diatas, hanya guru penutup sama dengan penutup larik II. Seandainya membuat prethwitala versi lain paling sedikit harus menyesuaikan aturan-aturan seperti diatas .

Belajar tembang basantatilaka versi Bali selatan

BASANTATILAKA, Ramayana,gl: - - 0/- 0 0/0 – 0/0 – 0/- 0 =14
1      1.5.  5….5.3. 3….3….3…3.5.  5….5….5.6.53.     3…3.53.  3.
Tat-ka--la sang  Prabu Da-sa---nana     ra-------ga cit-----ta.
3     3.5. 5…5.3.21.  1…1…1…1.23. 3…3…3.53. 3…3.1.23. 3.21. 
Ngkane taman----na tah manah  ni-ra tan     pe-tam----ban.
1   1.23. 3….3.21. 1….1..1…1.23. 3….3….3.21. 1….12.1.    12.  
Si-ta      si—re---ka ha-na ri      ha-ti    ni----tia  ka-----la.
6,12. 32. 2…2.3.21. 1…1…1…1.23.  3…3…3.53. 3…3.123. 3.21. 
A----sa  ge-la-----na rasa   ma---tia sawet      nikang     hiun

Catatan, basantatilaka ini ditemukan didaerah Bali selatan.
Yang khas gurunya sebanyak 6, ditembangkan dengan irama yang seolah-olah naik turun.
Tiap larik tembangnya berbeda. Larik I menuju larik keII,dan seterusnya ada purwakanti.

Pada larik I ada guru, 1.5 , 5.3 , 3.5 , 5.6.53 , 3.53 , 3 .

Pada larik II ada guru, 3.5 , 5.3.21 , 1.23 , 3.53 , 3.1.23 , 3.21 .

Pada larik III ada guru, 1.23 , 3.21 , 1.23 , 3.21 , 12.1 , 12 .

Pada larik IV ada guru , 6,12 , 32 , 2.3.21 , 1.23 , 3.53 , 3.123 , 3.21 . ingat 6, nadanya rendah.

Sabtu, 18 Oktober 2008

belajar tembang basantatilaka

BASANTATILAKA , Ramayana, - - 0/- 0 0/0 – 0/0 – 0/- 0 = 14
6,.3   3.2  2….2.3. 3….3….3….3.5. 5….5….5.3. 3….3.21. 1.  
Ka--wit   sarat     samaya      ka--la   nirar      para      ngka.
1     1.5    5…5.3.23 3…3….3…3.2. 2…2..2.16,.   6,....6,1.6,5,  5, 
Tontang prade----.sa ri    hawan  nira  ka----pwa ra------mia.
5,2.    2.     2….2.3.212. 2…2…2…2.16, 6,.6,.6,1.6,5,     5,.5,6,121. 1
Kuehluahmagong          katemu de----nira tir--------ta di------bia
1   1.   1…1.6,16, 6,..6,..6,..6,12. 2….2….2.1.32.   2….2.16,  6,
Udia-na len         te-la-ga nir     ai-ra ka-------pwa mah-ning

Kekawin basantatilaka terdiri dari 4 larik yang masing masing larik mempunyai irama yang berbeda dengan jumlah sukukata 14, guru lagunya 6.
Guru nya adayang dengan nada panjang, adapula yang panjang mewilet .
 Peringatan notasi: 5, 6, = 5/6 dengan tanda koma dibawah berarti nadanya rendah,bila 5’ 6’ dimana koma diatas berarti nada tinggi.
Basantatilaka ini berkembang di Bali utara.

Jumat, 17 Oktober 2008

belajar tembang sronca

RUCIRA , Ramayana,hal.328.gl. 0 – 0/- 0 0/0 0 -/0 – 0/0 = 13 
Tembang sronce
6…6.1’.61’6. 6…6.1’6. 6…6…6…6…6.1’.653. 3….3.2. 2….2.3 
Telas maso sa-ha-na nirang patih kabeh.
3….3.6. 6…6.1’6. 6….6….6…6…6.1’.653. 3….3.2. 2…2.32 
Sirang Wibi-------sana juga ta---------pwa yan dateng.
2….2.353. 3….3.6. 6….6….6…6…6.1’.653 3…3.2. 2….2.3
Pijer mangar---cana ri Ba-ta----------ra sang-kara.
3….3.2. 2…2.3. 3….3….3….3….3.6.53. 3…3.2 2….2.32
Mangen--nangen ni-ka-na nikang jagat kabeh.
Penjelasan : Metrium Rucira akan dibaca dengan memakai tembang Sronca , dimana susunan sukukata nya tetap dan mempunyai guru tetap sebanyak 5 pada masing-masing larik.
Larik I,disebut pengawit, pada achir larik /sukukata terahir nya nadanya meninggi. Pada guru I dapat dengan nada panjang atau mewilet seperti 6.1’6. pada guru II dapat dengan nada panjang atau mewilet seperti 6.1’6 . disini berarti lagunya tetap 6 karena lagu harus mengikuti guru. Pada guru III terjadi nada yang mewilet yaitu 6.1’6.53. dan diikuti lagu yang harus sama yaitu nada 3. Pada Guru IV nadanya mewilet lagi yaitu 3.32. diikuti lagu nada 2. Pada guru terahir/ guru V nadanya panjang mewilet tapi harus dengan nada yang meninggi yaitu 23, harap dibaca 1nada tinggi pada 1’.
Larik II, disebut penyaih, nada lagunya dimulai dengan 3 mengikuti nada terahir larik I yang jatuh pada nada 3,hukum ini wajib pada tembang sronca yang disebut dengan purwakanti. Guru I,II,IIIdan IV sama seperti pada larik I. tapi bedanya yaitu pada guru akhir /guru V nadanya harus merendah yaitu 2.32. Jadi lebih rendah dari larik I yang jatuh pada 3. 
Larik III, disebut pengumbang, nada lagunya dimulai dengan 2 mengikuti hukum purwa kanti, maka guru IInya menjadi 2.3.53., guru III, IV mengikuti /sama dengan guru yang pada larik diatas , tetapi pada guru Vnya sama dengan pada larik I yaitu sama meninggi menjadi 23.
Larik IV, disebut pemada, dibuat perbedaan dari guru guru sebelumnya , tapi diakhiri dengan guru keV yang nadanya menurun seperti pada larik II yaitu jatuh pada nada 32.  
Seandainya nanti menemukan metrium sronca , dimana jumlah sukukata dan guru tidak tetap seperti rucira , umpamanya dalam satu larik hanya ada satu guru, maka gurunya tinggal digabung dengan mewilet menjadi 6.1’6.53.32. Yang perlu diperhatikan aturan lainnya tetap dijalankan , yaitu larik I nada terakhir meninggi, larik keII merendah, larik keIII meninggi lagi dan keIV merendah dan selalu diikuti purwakantinya yang khusus pada metrium sronca. Silahkan mencoba seperti contoh diatas yang di Bali sudah umum dinyanyikan. Saudara dapat menysun sendiri nada-nada yang berbeda tapi sebaiknya mengikuti hukum hukum metrium sronca yang sudah menjadi kebiasaan.

Rabu, 15 Oktober 2008

Koleksi kekawin saat ini

Daftar Karya Sastra Jawa Kuno dalam bentuk puisi (kakawin),dalam tulis latin dan bali yang saya simpan
Kakawin Tertua Jawa, 856
Kakawin Ramayana ~ 870 , ada
Kakawin Arjunawiwaha, mpu Kanwa, ~ 1030, ada
Kakawin Kresnayana
Kakawin Sumanasantaka
Kakawin Smaradahana, ada
Kakawin Bhomakawya, ada
Kakawin Bharatayuddha, mpu Sedah dan mpu Panuluh, 1157, ada
Kakawin Hariwangsa
Kakawin Gatotkacasraya
Kakawin Wrettasañcaya
Kakawin Wrettayana
Kakawin Brahmandapurana
Kakawin Kunjarakarna, mpu "Dusun"
Kakawin Nagarakretagama, mpu Prapanca, 1365
Kakawin Arjunawijaya, mpu Tantular
Kakawin Sutasoma, mpu Tantular, ada
Kakawin Siwaratrikalpa, Kakawin Lubdhaka, ada
Kakawin Parthayajna, ada
Kakawin Nitisastra, ada
Kakawin Nirarthaprakreta, ada
Kakawin Dharmasunya, ada
Kakawin Harisraya
Kakawin Banawa Sekar Tanakung

Selasa, 14 Oktober 2008

kekawin

Dalam Wikipedia bahasa Indonesia disebutkan bahwa Sastra Jawa Kuno meliputi sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno pada periode kurang-lebih ditulis dari abad ke-9 sampai abad ke-14 Masehi, dimulai dengan Prasasti Sukabumi. Karya sastra ini ditulis baik dalam bentuk prosa (gancaran) maupun puisi (kakawin). Karya sastra Jawa Kuno sebagian besar terlestarikan di Bali , khususnya kekawin yang masih popular pada saat ini, dibaca melalui lantunan lagu/tembang kekawin ,yang dapat sampai 60 jenis tembang dalam satu buku seperti pada buku sastra Ramayana.  
Sebuah kakawin dalam metrum tertentu terdiri dari minimal satu bait. Setiap bait kakawin memiliki empat larik dengan jumlah suku kata yang sama. Lalu susunan apa yang disebut guru laghu[1] juga sama. Guru laghu adalah aturan kuantitas sebuah suku kata.
Contoh bait
Jadi misalkan metrum kakawin yang bernama Śardūlawikrīdita terdiri dari 19 suku kata. Lalu 19 suku kata ini guru laghu-nya adalah sebagai berikut −−−|UU−|U−U|UU−|−−U|−−U| U. Satu garis − artinya ialah suku kata panjang, sementara satu U / O artinya ialah suku kata pendek. Sedangkan | hanyalah pembatas saja setiap tiga suku kata dan tidak memiliki arti khusus.
Dalam metrum kakawin sebuah suku kata yang mengandung vokal panjang (ā, ī, ū, ö, e, o, ai, dan au) otomatis disebut sebagai suku kata panjang atau guru (=berat) sedangkan sebuah suku kata yang mengandung vokal pendek disebut sebagai suku kata pendek atau laghu (=ringan). Namun sebuah vokal pendek apabila diikuti dengan dua konsonan, maka suku kata yang disandangnya akan menjadi panjang. Lalu suku kata terakhir merupakan anceps (sebuah istilah bahasa Latin) yang artinya ialah bahwa ia bisa sekaligus panjang maupun pendek. 
Dalam metrium kakawin / wirama dengan tulisan Bali , suku kata didepan nania, suku kembung, (seperti kakia dan tatwa, ka dan ta adalah guru). Demikian pula pada patra dan matta, pa dan ma adalah guru, sedangkan cakra, ca dapat guru kadang lagu. Suku kata mati adalah guru.
Menurut pak Kt. Remen peranan guru lagu dalam metrum kekawin tertentu (di Bali disebut Wirama ) sangat penting, diantaranya : pada guru, nada/suara/vocal panjang atau mewilet, pada lagu nada/suara/vocal pendek, guru sebagai tempat perubahan nada/suara, lagu umumnya mengikuti nada/suara guru didepannya, susunan guru lagu menentukan jenis metrium kekawin/nama wirama dan juga menentukan pekadangan metrium kekawin/wirama.
Kekawin / wirama umumnya dibaca dengan lantunan lagu sesuai dengan jenis metrium / wirama tersebut dan pasangannya mengartikan dalam bahasa bali atau bahasa lain sepanjang yang telah dinyanyikan oleh yang membaca. Membaca/menyanyi dan mengartikannya dilakukan bergilir tergantung perjanjian , apalagi dalam jumlah banyak perlu diatur secara bergilir.
Supaya budaya membaca sastra kuno dengan lantunan lagu dapat berlanjut maka perlu adanya pembelajaran lagu-lagu seperti yang saya coba dalam net ini dan juga perlu adanya pelayanan dalam pengadaan buku sastra melalui imformasi email dan iklan dalam net.